Minggu, 16 Agustus 2009

Tukul Arwana Harapkan Penghijauan Bukan Hanya Teori


Program-program Go Green atau penghijauan saat ini marak dilakukan di seluruh dunia. Indonesia - yang akhir-akhir ini banyak tertimpa bencana karena banyaknya penebangan hutan liar - juga ikut mengembangkan program 'Indonesia Menanam Untuk Dunia - One Man One Tree' yang diluncurkan Departemen Kehutanan. Hari Minggu pagi (24/5), Dephut mengundang beberapa selebriti untuk ikut membagikan bibit pohon. Salah satu yang mendukung acara ini adalah Tukul Arwana. Pelawak ini mengungkapkan betapa pentingnya pepohonan dalam kehidupan manusia.

Menurut pendapat presenter EMPAT MATA ini pepohonan memberikan kontribusi yang banyak sekali bagi kehidupan. "Menurut saya acara ini sangat bermanfaat untuk kehidupan, coba bayangkan dalam satu kota ini tidak ada pepohonan, pasti panas. Di Jakarta aja sudah banyak taman kota, tapi masih tetap panas juga," ungkap Tukul yang ditemui di tempat berlangsungnya acara di bundaran HI.

Di rumah, pelawak ini juga menanam banyak pepohonan, termasuk juga apotik hidup. "Oh ya saya di rumah juga nanam pohon, sejak saya kecil saya sudah suka nanam pohon karena saya dulu tinggalnya di kampung. Di rumah saya pun yang di sini juga banyak pohon-pohon. Karena manfaatnya pohon itu sangat banyak untuk kita. Ya itu saya juga nanem, seperti kunyit, kencur, jahe. Apalagi itu manfaatnya kelihatan, karena sewaktu-waktu kalau kita sakit bisa langsung ngambil, jadi praktis," katanya.

Tukul berharap program penghijauan ini akan diterapkan dengan cara turun langsung ke masyarakat seperti yang dilakukan di acara ini dengan membagikan bibit pohon.

"Jadi kalau bisa ini jangan cuma teorinya aja, yang penting itu tindakan, seperti datang ke sekolah-sekolah, ke rumah warga. jadi terjun langsung. Seperti yang dipraktekkan tadi," tambahnya. (kpl/hen/erl) (24 Mei 2009)

Sumber :

http://www.kapanlagi.com/h/tukul-arwana-harapkan-penghijauan-bukan-hanya-teori.html

16 Agustus 2009


Lestarikan Lingkungan dengan Penghijauan



ADANYA berbagai perubahan kondisi dan kualitas lingkungan tentunya akan bisa berpengaruh buruk terhadap manusia. Beragam bentuk kerusakan lingkungan, seperti pencemaran udara, pencemaran air, dan menurunnya kualitas lingkungan akibat bencana alam, banjir, longsor, kebakaran hutan, krisis air bersih. Hal ini lama kelamaan akan dapat berdampak global pada lingkungan, khususnya bagi kesehatan masyarakat sendiri.

Manusia memang terkadang tenggelam dalam rangkaian kegiatan yang terlalu berlebihan dan tidak memperhatikan kepentingan lainnya. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menata dan memelihara kelestarian lingkungan, telah mengakibatkan kemerosotan kualitas lingkungan yang begitu parah. Hal ini hendaklah menjadi perhatian khusus bagi pemerintah dalam menata kembali wilayah Indonesia dari segala bentuk berbagai kerusakan lingkungan, disamping menciptakan dan membangun budaya masyarakat dalam berwawasan lingkungan.
Dalam konteks ini, tidaklah berlebihan jika gerakan ramah lingkungan pun bisa kembali digalakkan melalui pemerintah daerah (pemda) kepada masyarakat secara menyeluruh. Sebab, dalam rangka menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan hidup, sangatlah perlu adanya kerja sama yang baik antara Pemerintah dengan masyarakat sendiri. Berbagai bencana alam yang sering melanda sebagian wilayah di negara kita pada dasarnya merupakan akibat kurangnya kesadaran masyarakat dalam menata dan memelihara kelestarian lingkungan.
Masalah lingkungan, seperti bencana banjir, bencana kekeringan, tanah longsor, kebakaran hutan, masalah sampah, dan meningkatnya kadar polusi udara merupakan masalah lingkungan yang bukan tergolong sepele. Betapa tidak? Sebab, tidak terselesaikannya atau berlarut-larutnya masalah lingkungan akan menghancurkan potensi pemenuhan generasi mendatang.
Pembangunan di berbagai daerah di Indonesia hendaklah bisa memperhatikan ekosistem di sekitarnya. Janganlah, eksistensi lingkungan dikesampingkan oleh dalih penataan kota tanpa menghiraukan kelestarian dan kenyamanan lingkungannya.

Menyikapi hal ini, sebagai rakyat Indonesia dan anggota masyarakat yang cinta lingkungan, paling tidak kita secara moral (etika) bisa ikut berpartisipasi pada setiap program yang berkait dengan kelestarian lingkungan hidup yang dicanangkan oleh pemerintah.

Galakkan penghijauan

Upaya dalam menata dan memelihara kelestarian lingkungan, tidaklah hanya mengandalkan pemerintah saja, namun lebih jauh masyarakat pun mempunyai peranan penting dalam upaya mewujudkan hal itu. Di antaranya yaitu dengan pola pendidikan melalui berbagai penyuluhan-penyuluhan tentang pentingnya menata dan memelihara kelestarian lingkungan hidup.
Membangun kesadaran masyarakat yang mempunyai wawasan lingkungan yang luas merupakan “pilar” dalam menjaga kondisi lingkungan benar-benar jauh dari berbagai sumber pengrusakan dan pencemaran lingkungan. Sebab, pada dasarnya masalah lingkungan yang mengakibatkan kerusakan lingkungan disebabkan oleh tangan-tangan manusia itu sendiri.
Dengan pola pendidikan, melalui institusi pendidikan atau pun dengan penyuluhan langsung ke masyarakat dengan secara sungguh-sungguh akan terciptalah akar budaya masyarakat yang mempunyai kesadaran lingkungan yang tinggi. Artinya, etika lingkungan akan menjadi pondasi dalam setiap pembangunan di Indonesia.

Dengan etika lingkungan, kita tidak saja mengimbangi hak dan kewajiban terhadap lingkungan, tetapi lingkungan juga akan membatasi tingkah laku dan upaya mengendalikan segala bentuk kegiatan pembangunan agar tetap berada dalam batas-batas kepentingan lingkungan hidup kita.
Masyarakat yang berwawasan lingkungan dengan etika atau moral lingkungan yang tinggi benar-benar dibutuhkan dalam setiap pembangunan di Indonesia. Tak terkecuali adanya penegakan hukum lingkungan secara tegas dan terarah. Lebih jauh, dengan mengacu pada hal tersebut setidaknya wawasan lingkungan maupun ilmu pengetahuan dan teknologi akan mengarah pada pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup.

Masalah lingkungan, seperti halnya banjir, tanah longsor dan kelangkaan air bersih yang sering terjadi di sebagian wilayah di Indonesia, memang merupakan permasalahan global. Bukan saja menimpa Indonesia, namun di negara-negara lain pun juga ikut merasakan. Walaupun sering dilanda banjir di musim penghujan, Indonesia dalam waktu tertentu juga mengalami kelangkaan air bersih, terutama untuk keperluan pertanian. Hal ini merupakan bukti konkret akibat kurangnya kesadaran masyarakat kita dalam berwawasan lingkungan. Jika hal ini dibiarkan, ini akan berpengaruh pula terhadap kualitas kesehatan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.
Dengan demikian, reformasi sektor air menjadi suatu keharusan dalam mencapai tujuan pemenuhan hak (akses) atas air bagi semua. Di mana secara nasional tujuan ini secara global dicanangkan pemenuhannya pada 2015. Untuk itu, sangatlah perlu adanya evaluasi secara menyeluruh dan independen tentang swastanisasi (sektor swasta) air selama ini, juga dalam menganalisis kemungkinan alternatif bagi pelibatan konsumen.

Penghijauan lingkungan di wilayah Indonesia haruslah kembali diupayakan dan digalakkan kembali. Bukankah sesungguhnya hal ini sudah menjadi tugas manusia pada umumnya? Pada pundak manusia terpikul sebuah amanah, dan tanggung jawab melestarikan bumi. Dan manusia sebagai khalifah fil-ardhi bertanggung jawab memakmurkan bumi atau menjadi pelaksana penghijauan lingkungan. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Alruran, berbunyi;

”Dan-Dialah yang menjadikan kamu di bumi, dan Dia menjadikan kamu penduduknya kepadanya (untuk memakmurkannya”). (QS. Hud : 61).

Adapun penggunaan dan perbaikan kulit bumi lewat penghijauan adalah termasuk kegiatan beribadah kepada Allah SWT. Hal ini pun sesuai dengan hadis Rasulullah SAW, yang berbunyi;

”Tidaklah seorang pun menanam pohon tanaman, kecuali Allah tulis baginya pahala (ganjaran) sesuai dengan buah (manfaat) yang dihasilkan oleh tanaman itu”. (HR. Ahmad).

Dengan adanya penerapan penghijauan lingkungan di Indonesia diharapkan bisa menjadi salah satu alternatif dalam menata dan memelihara kelestarian lingkungan hidup di wilayah Indonesia. Disamping adanya kesadaran masyarakat yang tinggi dalam memelihara dan melestarikan lingkungan hidup dalam rangka mengantisipasi dari segala bentuk pengrusakan dan pencemaran lingkungan. Pembangunan Indonesia yang berwawasan lingkungan merupakan dasar dalam menciptakan suasana keindahan dan kenyamanan lingkungan, terutama dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia yang optimal. (27 Nov 2007)
Link Sumber : Budi Imansyah S

Sumber :
16 Agustus 2009

Sumber Gambar:

Pemeritah Kembangkan Penghijauan di Pulau Jawa


PEMERINTAH kembali programkan penghijauan hutan-hutan di Indonesia, terutama di daerah pegunungan yang mengalami kekerigan lahan.

Pulau Jawa misalnya, pulau ini sudah mengalami defisit air 76 juta kiloliter per tahunnya, bukan itu saja Jawa juga merupakan daerah yang hutannya tinggal sedikit, kata Menneg BUMN Sofyan Djalil pada diskusi Masyarakat Agribisnis dan Agroindustri Indonesia, di Jakarta, kemarin.

Ia menjelaskan sekitar 42.000 hektar hutan yang akan dihijaukan di Pulau Jawa, dan untuk mendukung program tersebut Pemerintah akan mengerahkan beberapa BUMN seperti PT PN VIII, Sang Hyang Seri, Pupuk Kujang, PT Perhutani, dan Otorita Jatiluhur guna meyelamatkan daerah aliran sungai Citarum,
Sebagai daerah percontohan yang juga sekaligus menjadi langkah awal, akan dilakukan di daerah Pengalengan, Jawa Barat, yang luasnya sekitar 1.200 hektar.

Seperti halnya negara Jepang yang sudah melakukan penghijauan setelah mereka kalah perang pada perang dunia kedua, setelah kalah perang hutan, hutan di Jepang begitu gundul.
Lalu Jepang melakukan proses penanaman yang cepat, baik untuk kebutuhan kayu maupun untuk penghijauan, maka Jepang mengimpor bibit pinus dari Amerika Utara dan ternyata cocok dengan iklim di Jepang sehingga program penghijauan tersebut berhasil dengan baik.

Namun, ada hal-hal yang tidak diperhitungkan oleh Jepang, yaitu pohon pinus itu mengeluarkan pollen dimana orang Jepang tidak biasa menghirup udara yang mengandung pollen, sehingga penduduk Jepang kehilangan produktivitasnya akibat alergi terhadap pollen.

Ini merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia untuk penghijauan kembali hutannya, agar kejadian di Jepang tidak terjadi di Indonesia.

Hal itu pun pelajaran yang berharga bagi bangsa Indonesia agar berhati hati untuk mengambil langkah langkah, apapun penghijauan yang akan dilakukan harus betul betul diperhatikan aspek ini, imbaunya.
Sofyan mengatakan di sekitar bandara Soekarno-Hatta Cengkareng yang dikelola Angkasapura, ada ratusan hektar lahan kosong yang dibiarkan, dan pemerintah telah memanfaatkan lahan tersebut untuk penghijauan sehingga dalam jangka waktu lima tahun di sekitar bandara tersebut akan hijau.
Penghijauan lain juga akan dilakukan pemerintah yaitu, di sepanjang jalan tol, dimana pemerintah telah meminta PT Jasa Marga untuk menyediakan dana yang cukup untuk menghijaukan areal sepanjang jalan tol termasuk di pembatas jalan.

Kalau di Pulau Jawa tidak ada tindakan penghijauan kembali maka kondisi Pulau Jawa akan sangat mengerikan. Sebuah laporan dari studi universitas di New Zealand menyebutkan bahwa Jawa pada tahun 2002 sudah defisit air sekitar 76 juta kiloliter per tahun.

Defisit air

Lebih lanjut Sofyan mengatakan data persentasi Bank Dunia tahun 2006 menyebutkan Jakarta makin hari defisit air makin besar akibat dari pengambilan air tanah terlalu besar hingga ketinggian tanah lebih rendah dari ketinggian air laut maka terjadilah Rob (air laut masuk ke darat, Red).
Jika ini dibiarkan atau pemerintah tidak melakukan tindakan apa-apa maka pada tahun 2026 Jakarta akan tenggelam, kata Sofyan.

Selain penghijauan, pemerintah juga akan membangun pembangkit listrik di pulau Sumatera yang bahan bakunya menggunakan limbah kelapa sawit dengan melibatkan sembilan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Deputi Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Bidang Agroindustri, Agus Pakpahan, menambahkan sembilan BUMN tersebut terdiri dari Perum Bulog, PT Pusri, PT Sang Hyang Seri, PT Pupuk Kaltim, Perhutani, PT Jasa tirta satu dan Jasa Tirta dua dan PTPN IV.
Agus menambahkan limbah yang akan dipakai untuk bahan baku seperti sekam (kulit padi), limbah kelapa sawit dan kotoran ternak sapi.

Dari bahan baku sekam bisa menghasilkan energi dengan kekuatan sebesar 8.000 mega watt. Sementara, untuk di pulau Jawa akan dikembangkan bio energi bahan baku sekam dan kotoran ternak, sedangkan untuk di pulau Sumatera bahan baku akan menggunakan limbah sawit. Untuk mendukung program tersebut pemerintah telah menyediakan dana Rp400 miliar. (cr-1)

Sumber :
16 Agustus 2009
Sumber Gambar:

Cegah Banjir, Wapres Perintahkan Penghijauan Lewat Udara


Untuk mencegah terjadinya banjir dan mereboisasi kawasan hutan gundul, pemerintah dalam waktu dekat akan melaksanakan penghijauan kawasan hutan dan penyebaran bibit melalui penerbangan udara.

Pemerintah telah menginstruksikan Menteri Kehutanan MS Kaban, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk berkoordinasi menyiapkan penghijauan dengan cara tersebut.

Demikian diungkapkan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla menjawab pertanyaan warga Indonesia, saat pertemuan tatap muka dengan masyarakat yang tinggal di Belgia, di Wisma Indonesia, Belgia, Jumat (6/2) malam waktu setempat.

Di acara yang dipandu oleh Duta Besar RI untuk Belgia dan Keharyapatihan Luxemburg Nadjib Riphat Kesoema, seorang warga Indonesia mempertanyakan apa yang akan dilakukan pemerintah dengan terjadinya banjir terus-menerus di Indonesia.

Menurut Wapres Kalla, banjir dan kerusakan lingkungan hutan terjadi karena pemerintah dan masyarakat Indonesia tidak disiplin menjaga ekosistem lingkungan hidup dan hutan yang ada di Indonesia.

"Pemerintah dulu, karena dibayar perusahaan multinasional, seperti Marubeni dan lain-lainnya mengizinkan untuk menebang hutan. Juga wali kota seperti di Menteng, Jakarta, yang karena uang, membongkar kawasan yang telah ditata dengan baik oleh Belanda, hanya untuk membangun pertokoan seperti sekarang sehingga tidak ada lagi lahan resapan untuk mencegah banjir," papar Wapres Kalla.

Oleh sebab itu, tambah Wapres Kalla, untuk mengembalikan fungsi hutan dan lahan kembali, pemerintah secara berkesinambungan akan melakukan sejumlah langkah koordinatif.

"Saya telah instruksikan Mentan, LIPI, dan BPN untuk menghutankan kawasan yang rusak dan gundul dengan cara penghijauan lewat udara secara nasional. Kira-kira sejuta hektar lahan yang akan ditebarkan bibit melalui udara."

TNI-AU sudah melakukan itu dan saya sudah lihat waktu kunjungan kerja ke Kediri, Jawa Timur, belum lama ini," lanjut Wapres Kalla.

Selain penyemprotan bibit dan benih lewat udara, kata Wapres Kalla lagi, pemerintah juga akan memperbaiki sistem drainase kota yang pernah ditata dengan baik oleh Belanda.

"Juga mengatur kembali pembuangan sampah agar tidak menyumbat sistem drainase kita," ujarnya.

"Untuk memberikan ruang segar bagi resapan lahan, pemerintah akan mengubah kebijakan pembangunan perumahan dengan memperbanyak pembangunan rumah susun sebanyak 1.000 tower dan bukan pembangunan perumahan yang melebar ke samping dan banyak menghabiskan banyak lahan seperti
landed houses," jelas Wapres Kalla.

Diharapkan Wapres Kalla, dengan upaya pemerintah seperti itu, di masa datang banjir bisa diatasi, terutama di kawasan sepanjang daerah aliran sungai (DAS) seperti di Kali Bengawan Solo, Jawa Tengah, dan DAS Ciliwung, Jawa Barat. (7 Feb 2009)


Sumber :
HAR
16 Agustus 2009

Sumber Gambar:

Penghijauan Atap di Perkotaan

Atap hijau semakin populer di Belanda. Pemerintah memberikan subsidi bagi warga yang ingin 'menanami' atap mereka dengan rumput hijau. Banyak yang memanfaatkan kesempatan ini. Tapi, uang bukanlah alasan utama. Atap hijau bisa membantu upaya pelestarian lingkungan di wilayah perkotaan.

Seluruh Dunia

Warga Kota Groningen bisa mendapatkan subsidi sebanyak 30 Euro (sekitar 400 ribu Rupiah) per meter persegi untuk memasang rumput di atap rumah mereka. Subsidi ini mencapai 60 persen biaya pemasangan. Kota Rotterdam juga memberikan subsidi yang sama. Kota Amsterdam dan Den Haag juga sudah berjanji akan mengeluarkan subsidi.

Fenomena atap hijau ini tidak hanya terjadi di Belanda saja. Walikota Kota Chicago di Amerika Serikat, misalnya, memerintahkan pembuatan taman di atas atap gedung walikota. Ia ingin menjadikan Chicago kota terhijau di Amerika. Di Jerman, setiap tahunnya empat belas juta atap hijau dipasang. Kota Montreal di Canada juga merencanakan hal serupa.

Banyak Manfaat

Atap hijau punya banyak manfaat. Mark Ottelee dari Universitas Teknik Delft sedang meneliti fenomena penghijauan bangunan ini. Ia menjelaskan:

"Atap hijau bisa berguna untuk mengatur temperatur. Tanaman hijau menyerap panas- atau istilahnya Evo transpirasi- sehingga udara di atas bangunan dan juga di dalamnya bisa dingin. Di atas atap dipasang lahan buatan yang bisa ditanami. Ini saja sebenarnya sudah menurunkan suhu. Dengan adanya tanaman, suhu bisa semakin turun lagi. Atap biasa bisa mencapai suhu 80 derajat celcius pada musim panas. Dengan atap hijau suhu bisa turun sampai 35 derajat."

Efek rumah kaca
Perbedaan suhu ini bisa menurunkan secara drastis pemakaian alat pendingin ruangan pada musim panas. Jadi, mengurangi pengeluaran CO2. Pada musim dingin, lapisan tanah yang dipasang pada atap juga bisa berfungsi sebagai isolasi untuk mempertahankan panas. Sehingga mengurangi pemakaian alat pemanas ruangan. Selain itu, atap hijau bisa juga bermanfaat untuk menghadapi semakin seringnya turun
Saya harap ini semua bisa direalisasikan dengan cepat. Yang jelas dunia arsitektur sangat tertarik. Terutama tentang dinding hijau. Saya harap dengan penelitian saya ini akan lebih banyak orang yang tertarik dengan dinding hijau."

Mungkin saja semua rencana ini akan bisa direalisasikan, atap dan dinding semuanya hijau. Subsidi dari pemerintah bisa sangat mendukung upaya menghijaukan wilayah perkotaan ini.hujan.

"Atap hijau bisa mengerem laju air hujan. Lapisan tanah yang dipasang berfungsi seperti spons yang bisa menyerap banyak air hujan. Jadi, akan lebih sedikit air yang turun ke selokan. "

Sebagai tambahan, atap hijau bisa memperkaya keragaman hayati di wilayah perkotaan. Tanaman yang lembab konon juga bisa menyerap berbagai debu yang bertebaran di udara.

Dinding hijau
Begitu besarnya manfaat atap hijau ini memberikan inspirasi kepada Marc Ottelee untuk menjajagi kemungkinan memperluas penghijauan bangunan. Ia menyayangkan orang melewatkan kemungkinan 'menghijaukan' tembok bangunan. 'Bangunan punya lebih banyak tembok daripada atap!', kata Ottelee. Oleh karena itu ia meneliti kemungkinan membuat tembok yang juga bisa ditanami. Papan dinding yang terbuat dari beton berpori mungkin bisa menjadi alternatif. Dinding jenis itu bisa cukup lembab dan mengandung bahan makanan untuk tanaman. Marc Ottelee optimis dengan idenya ini. (17 Okt 2008)

Sumber :

http://static.rnw.nl/migratie/www.ranesi.nl/tema/detakbumi/Detakbumi07102008-redirected

16 Agustus 2009





Palem Bukan Solusi Penghijauan Jakarta

Jejeran pohon palem selalu menghiasi kompleks perumahan dan gedung perkantoran dihampir seluruh wilayah kota Jakarta. Mungkin untuk memberikan kesan eksotisme Timur Tengah. Sayangnya pohon Palem ternyata sangat tidak cocok untuk ditanam di Kota Jakarta. Kota ini sudah sangat panas dan berdebu dan kehadiran Palem tak membantu penghijauan kecuali untuk urusan estetika.

Dalam wawancara dengan Green Radio di program Green Talk, Dokter Pohon dari Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bambang Sulistyanto mengatakan Palem tidak cocok ditanam di Jakarta. Selain menyedot air untuk dirinya sendiri yang sangat banyak, kadang sampai mematikan rerumputan disamping kiri dan kanannya. Pohon ini juga tidak rindang.

Kata Dokter Pohon Bambang, Jakarta membutuhkan pohon yang fungsinya memberikan keteduhan sekaligus bisa menyerap debu dan kotoran. Pohon seperti Angsana justru baik peneduhan dan pohon Salam malah lebih berguna untuk penghijauan di Jakarta. Pepohonan ini juga hanya membutuhkan perawatan sederhana. Seperti Angsana yang perlu dicukur batangnya setahun sekali agar tidak terlalu rimbun dan mengganggu pengguna jalan terutama pada bulan kelima atau keenam saat angin bertiup kencang di Jakarta. Sementara itu pohon-pohon ini juga butuh diperhatikan kebersihannya. Jangan suka membuang sampah didekat akarnya apalagi sampah membakar sampah itu. Dijamin pepohonan yang berguna ini hanya akan bertahan sebentar.

Sahabat Green. Tanaman bermanfaat memperbaiki kualitas udara melalui proses fotosintesis yang mengubah karbon dioksida (CO2) menjadi oksigen (O2). Tanaman juga dapat menurunkan suhu udara di sekitar rumah. Beberapa ahli lingkungan menyebutkan, setiap satu hektar lahan hijau dapat mengubah 3,7 ton CO2 dari aktivitas manusia, pabrik, dan kendaraan bermotor menjadi dua ton O2 yang dibutuhkan manusia.

Referensi Pohon Perkotaan

Berikut beberapa jenis tanaman yang cocok di wilayah perkotaan:

-cemara laut, akasia—cocok ditanam di tanah yang kurang subur.

-ketapang, dadap—cocok di lahan yang mengandung garam.

-pinus, palem botol, bungur, kayu putih—tahan terhadap terpaan angin kencang.

-johar, flamboyan, akasia—cocok untuk lahan yang kering.

-mahoni, lamtoro—untuk menyerap genangan air

-cemara laut, bunga kupu-kupu, pohon barus—menyerap SO2.

-damar, asem londo, mahoni—menyerap Pb.

-cemara kipas, kersen, angsana, sawo kecik—partikel padat.

-cempaka, tanjung, damar, bambu, kenanga—dapat menyerap bau busuk.- bambu, kedondong,

-gatis, cemara laut, tusam, cemara kipas—menurunkan kebisingan. (17 Sept 2008)

Sumber :

http://www.greenradio.fm/index.php?option=com_content&view=article&id=205:palem-bukan-solusi-penghijauan-jakarta&catid=1:latest-news&Itemid=336

16 Agustus 2009


Penghijauan di Jakarta Tidak Efektif

Pengamat tata ruang Yayat Supriatna mengatakan upaya Pemerintah Daerah DKI Jakarta melakukan penghijauan dan menciptakan kawasan hijau di Jakarta baru mencakup aspek citra dan belum menyentuh aspek fungsi esensial keberadaan tumbuhan bagi lingkungan hidup.

Hal itu dikatakan dalam acara penanaman pohon di jalur kereta api dalam kota oleh Dinas Pertamanan DKI Jakarta dan PT Kereta Api bersama Honda hari Rabu (15/4).

Pengajar teknik tata ruang kota Universitas Trisakti itu mengatakan kondisi lahan di Jakarta yang didominasi oleh beton membatasi salah satu fungsi dan manfaat inti dari tumbuhan yaitu sebagai penahan air.

“Akar tidak bekerja dengan maksimal untuk menahan air bila medium tanam tumbuhan dikelilingi beton, hal itu dengan sendirinya membatasi fungsi lain dari keberadaan lahan hijau seperti peredam polusi dan temperatur," kata Yayat.

“Upaya pemerintah baru terlihat dari aspek tajuk, atau cakupan daerah yang tercover hutan kota, kalau diamati dari atas ada kawasan hijau, atau tanaman berbunga di jalan protokol, itu hanya yang terlihat mata,” lanjut Yayat.

Ucapan Yayat mendapat konfirmasi Wakil Kepala Dinas Pertamanan DKI Jakarta Nandar Sukandar karena Nandar mengatakan dalam sambutan acara itu bahwa parameter yang digunakan pemerintah daerah dalam mengukur kesuksesan program taman kota adalah besar Leaf Area Index, yaitu perbandingan total luas penampang daun dengan kawasan di sekitarnya.

Pemerintah berdasarkan Undang-Undang no. 26 tahun 2007 mensyaratkan luas taman atau hutan kota sebesar 13,9 persen dari total wilayah provinsi DKI Jakarta, namun Yayat sekali lagi mengatakan target itu turun dari tahun ke tahun.

Tahun 60 sampai 65 itu sekitar 25 sampai 27 persen, tahun 85 sampai 2000 turun lagi jadi 17 persen,” kata Yayat.

Nandar mengatakan salah satu kesulitan penambahan luas taman kota adalah pembebasan lahan yang dihuni pemukim liar, padahal menurut Yayat banyak pompa bensin di lahan yang termasuk jalur hijau namun tidak digusur.

Yayat mengatakan ruang terbuka hijau di perkotaan bisa dimaksimalkan lewat partisipasi penduduk karena ada tiga kategori hutan kota, pribadi, semi-pribadi, dan publik. “Yang publik itu terbuka bagi umum dan wajib dikelola pemerintah, yang semi-private seperti lapangan sepakbola milik pemerintah di Lebak Bulus juga wajib dikelola pemerintah karena masyarakat bayar, yang sulit adalah yang private, seperti rumah dengan pekarangan yang luas atau kebun karena itu hak pemiliknya. Maka itu harus ada insentif dari pemerintah bagi hutan private agar pemiliknya terus memeliharanya,” jelas Yayat. (15 April 2009)

Sumber :

http://www.tempointeraktif.com/hg/tata_kota/2009/04/15/brk,20090415-170591,id.html

16 Agustus 2009